Metode Dan Teknik Bimbingan Konseling Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan bimbingan dan konseling mengenai masalah keagamaan diperlukan berbagai metode dan teknik yang sesuai agar dapat mengembalikan  motivasi peserta didik dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam pelayanan bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan teknik dan juga metode. Oleh karena itu  dalam makalah ini akan penulis uraikan bagaimana metode memahami klien atau peserta didik, dan dalam bagian ini akan dijelaskan pula mengenai teknik-teknik memberikan bimbingan dan bantuan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Macam-macam metode yang digunakan oleh  konselor?
2.      Apa saja teknik-teknik yang digunakan oleh konselor dalam menangani masalah klien?

C.     Tujuan
1.    Untuk mengetahui macam-macam metode yang digunakan konselor dalam menyelesaikan proses konseling.
2.    Mengetahui teknik-teknik yang digunakan oleh konselor dalam menangani masalah klien



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Metode Bimbingan Konseling
Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan konseling, H.M Umar dan  Sartono secara panjang lebar mengungkapkan metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan konseling. Pengumpulan data ini sangat penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada umumnya maupun dalam bimbingan konseling. Oleh karena itu, pada bagian ini, perlu dikemukakan beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam bimbingan konseling diantaranya:
1.      Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung.
2.      Questionnaire yaitu merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran questionnaire tersebut.
3.      Interview yaitu suatu metode yang mendapatkan data dengan     mengadakan  face to face relation.
4.      Sosiometri dalam hal ini menunjukkan kepada kita tentang ukuran berteman. Jadi dengan sosiometri dapat kita lihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman atau bergaul. Dengan demikian, besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data-data anak, terutama dalam hubungan atau kontak sosialnya.
5.      Tes yaitu suatu metode yang digunakan dalam penyelidikan dengan menggunakan soal-soal yang telah dipilih oleh sesama, artinya dengan standar tertentu.
6.      Case Study yaitu suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai perseorangan. Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup seseorang, ( Drs. Anas Salahudin, M. Pd., 2010:72-83).

 Dilihat dari cara memperoleh (metodologi), sumber psiko-terapi berwawasan Islam ada empat, yaitu: 1) metode Istimbath; 2) metode Iqtibas; 3) metode Istiqro; dan 4) metode jami bayna nufus al-zakiyyah wal-‘uqul al-shafiyyah.
Dari manhaj-manhaj ini dikembangkan beberapa metode seperti: 1) terapi dengan Al-quran; 2) terapi dengan doa; 3) terapi dzikir; 4) terapi sholat; 5) terapi mandi; 6) terapi puasa; 7) terapi hikmah; dan 8) terapi tarikat dan tasawuf, (Isep Zainal Arifin, 2009:42-45).
Di antaranya tidak hanya itu metode-metode yang dilakukan oleh seorang konselor, karena pada saat ini banyak sekali para ahli yang menciptakan perubahan pada metode-metode yang baru. Para konselor sangat memerlukan beberapa metode yang digunakan dalam menangani kliennya. Antara lain metodenya sebagai  berikut:
1.   Metode Interview
yaitu informasi yang merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta/data/informasi dari murid seacara lisan. Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara yang terencana dan wawancara yang tidak terencana.
2.   Group Guidance (dengan menggunakan kelompok)
    Pembimbing dan konseling akan mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya yang menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya dengan orang lain.
3.    Client Centered Method
     Metode ini sering disebut tidak mengarahkan, dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klien sebagai mahluk yang bulat yang memiliki kemampuan berkembang sendiri.
Menurut  Dr. William  E. Hulme  dan Wayne K. Climer lebih cocok  dipergunakan oleh pastoral konselor (penyuluh agama). Karena konselor akan lebih dapat memahami kenyataan penderitaan klien yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
Jadi jika konselor menggunakn metode ini, ia harus bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang di utarakan kepadanya.
4.    Directive Counseling
Sebenarnya merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor, atas dasar metode ini, secara langsung  memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien disadari menjadi sumber kecemasannya, (Samsul Munir Amin, 2010:69-72).
Waiters, dan Singgi D Gunarasa, menyebutkan ada tiga teknik dalam wawancara konseling, yang dikenal dengan the three traditional approach, yaitu teknik langsung  (directive) tak langsung (non directive) dan teknik campuran (eclective).
a)      Teknik Langsung (Directive Approach)
Teknik ini juga disebut dengan pendekatan berpusat pada konselor. Hal ini menunjukkan bahwa dalam interaksi konseling, konselor lebih banyak berperan untuk menentukan sesuatu. Teknik langsung dapat diberikan secara langsung dalam berbagai cara, konselor yakin ada dasar-dasar teori untuk melakukan seketika sehingga lebih merupakan suatu kegiatan dengan pertimbangan harus segera dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan terhadap klien yang mungkin memerlukan waktu yang tidak lama. Teknik langsung juga bisa dilakukan dengan teknik informative.

Willimson membagi kegiatan teknik langsung menjadi enam langkah yaitu:
1)      Analisis
2)      Sintesis
3)   Diagnosis
4)   Prognosis
5)   Konseling
6)   Follow up

b)     Teknik  Tidak Langsung (Non Directive Approach)
Istilah non directive menggambarkan penekanan pada penerimaan klien,  pembentukan suasana positif yang netral, percaya kepada klien dan mempergunakan penjelasan dari dunia klien sebagai tehnik utama, dan istilah client centered menggambarkan penekanan kepada pemantulan kembali perasaan-perasaan klien, menyatukan perbedaan-perbedaan antara diri yang ideal (ideal self) dengan dirinya yang sesudahnya (real self), menghindarkan sesuatu yang mengancam klien secara pribadi. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa non directive menggambarkan peran konselor sebagai pendengar yang baik dan pemberi dorongan klien, dan pada klient centered, menggambarkan pemusatan pada tanggung jawab klien terhadap perkembangan dirinya sendiri.
Teknik tidak langsung ini mendasarkan kepada suatu teori tentang hakikat manusia yang menyatakan   jika dalam proses konseling bisa tercipta suasana hangat, penerimaan, maka orang akan menaruh kepercayaan terhadap konselor, bahwa dia (konselor)  ikut memikirkan bersama dan konselor tidak melakukan penilaian-penilaian, maka orang akan merasa bebas untuk memeriksa prasaan dan dan perilakunya yang mana hal itu berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri. Teknik ini menekankan pada titik pandang bahwa setiap individu (termasuk klien) pada dasarnya memiliki kapasitas untuk bekerja secara efektif dengan aspek kehidupan yang disadari. Salah satu hipotesis utama yang terkenal dari Rogers, yang mendasari pendekatan yang berpusat pada klien adalah orang memiliki sumber-sumber di dalam dirinya sendiri untuk mengenali diri sendiri, untuk mengubah-ubah konsep diri sendiri, sikap dasar, tindakan pengarahan diri”.

Langkah-langkah non directive
Menurut Carl Rogers dan Dewa Ketut Sukardi, terdapat dua belas langkah yang dapat dipedomani dalam melaksanakan teknik non directive. Namun langkah-langkah tersebut dapat berubah karena langkah-langkah tersebut bukanlah yang baku dan kaku. Langkah tersebut diantaranya adalah:
                    1)  Klien datang sendiri kepada konselor secara sukarela.
                    2)  Merumuskan situasi bantuan.
                    3) Mendorong klien untuk mau berbuat mengungkapkan perasaan yang dirasakan sangat bebas dan obyektif.
                    4) Konselor berusaha dengan tulus dapat menerima dan menjernihkan perasaan klien yang bersifat negatif.
                    5) Apabila perasaan-perasaan negatif telah terungkapkan sepenuhnya maka secara psikologis bebannya akan berkurang.
                    6)   Konselor berusaha menerima perasaan positif pada klien.
                    7)  Pada waktu mengungkapkan perasaan itu diikuti oleh perkembangan secara berangsur-angsur tentang wawasan klien mengenai dirinya.
                    8) Apabila telah memiliki pemahaman tentang masalahnya dan menerimanya, mulailah membuat suatu keputusan untuk langkah  selanjutnya.
                    9)  Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif.
                  10)  Perkembangan lebih lanjut tentang wawasan klien.
                  11)  Meningkatkan tindakan positif secara terintegratif pada diri klien.
                  12) Mengurangi ketergantungan klien atas konselor dan memberitahukan secara bijaksana bahwa proses konseling  perlu diakhiri.
c)      Konseling Eklektik (Eclectic Counseling)
Adalah pandangan yang berupaya menyelidiki berbagai sistem, metode, teori, atau doktrin. Dengan maksud untuk memahami dan (bagaimana) menerapkannya dalam situasi yang tepat. Konseling eklektik juga bisa disebut dengan campuran dari kedua teknik di atas (directive counseling dan non directive counseling).
      Dalam  eklektik ini ada beberapa pokok perhatian diantaranya  yaitu:
1)      Esensial bagi konselor yang berpengalaman dalam pemahaman dan penerimaan diri klien serta berkemampuan mengkomunikasikannya dengan klien.
2)      Penerimaan diri klien.
3)      Penekanan terhadap sifat hubungan dari pada teknik yang dipergunakan, yang diwarnai oleh suasana kepercayaan, respek dan simpatik.
4)      Konselor membantu untuk melengkapi dan menggunakan sumber-sumber pribadi dan lingkungan, (Sjahudi Siradj, 2010:105-119).


5.     Educative Method (metode pencerahan)
       Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode client centered hanya bedanya terletak pada usaha mengorek sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan kekuatan/atau tenaga kejiwaan klien (potensi dinamis) melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya.
Oleh karena itu inti dari metode adalah pemberian insight dan klarifikasi           unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik sesorang. Jadi, di sini juga tampak bahwa sikap konselor ialah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk mengekpresikan (melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang disadari menjadi permasalahan baginya.
6.         Psychoanalysis Method
Metode psikoanalisis juga terkenal dalam konseling  yang mula-mula diciptakan oleh Sigmund  Freud, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif  tertekan tersebut tetap masih aktif  mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap ke dalam tidak sadaran (Das es) yang disebutnyaverdrogen komplexen.
       Dari Das es inilah Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian manusia. Setiap manusia di dalam perkembangan kepribadiannya senantiasa dipengaruhi oleh unsur-unsur Das es (lapisan ketidaksadaran) dan Das es (lapisan sadar) serta Das Heber Ich (lapisan atas kasadaran ) atau dalam bahasa Inggris disebut masing-masing the id ego dan the super ego
       Kepribadian manusia menurut teori ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman masa kanak-kanak kemudian berlanjut sampai masa dewasa, (Samsul Munir Amin, 2010:72-74).

B.     Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Islam.
Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien. Untuk mencapai tujuan yang mulia itu maka sangat diperlukan adanya beberapa teknik  yang memadai. Apabila tidak didukung dengan teknik-teknik itu, maka tujuan utama konseling tidak akan dapat tercapai dengan baik kedua pihak, konselor maupun klien.
Rasulallah SAW  bersabda:

من راى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان .(رواه مسلم عن ابى سعيد الخد رى)
           “siapa saja diantara kalian telah mengetahui kemungkaran/penyimpangan, maka ia harus mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika tidak mampu, ia harus mengubahnya dengan lidahnya, maka jika tidak mampu ia harus merubahnya dengan menggunakan qalbunya, dan itu adalah selemah-lemah iman’’. (HR. Muslim dari Abu  Said Al-Khuduri R.A)
            Hadits ini mengandung pesan-pesan yang sangat luas dan memberikan perjalanan tentang teknik dalam melakukan konseling dan terapi secara luas; dan teknik itu ada dua macam, yaitu:
            Pertama: teknik yang bersifat lahir.
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan dan lisan. Dalam penggunaan tangan tersirat  beberapa makna antara lain:
a)      dengan menggunakan kekuatan,  power dan otoritas:
ولقد ارسلنا موسى با يا تنا وسلطا ن مبين .(هود)

       Artinya: dan sesunggunya kami telah mengutus musa dengan ayat-ayat kami dan kekuatam yang nyata. ( Hud, 11:96 )


b)      keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras. 
الذين امنوا وهجا روا فى سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله. (التو به :  )
                   orang-orang yang telah beriman, berhijrah dan sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan siapa mereka adalah lebih agung derajatnya di sisi Allah”. (At-Taubah, 9:20)
Rasulallah .SAW  bersabda:
إن الله تعالى قال: من عادى لى وليا فقد اذنته با الحرب, وما تقرب الى عبده بشيء
احب الى مما افترضت عليه, وما يزال عبده يتقرب الى باالنو افيل حتى احبه فاذ
احببته كنت سمعه الذى  يسمع به وبصر الذي يبصره به ويده التى يبطش بها ورجله
التى يمشى بها ولئن سألنى لأعطينه ,ولئن استعا ن نى لأعيذنه .( رواه البخا رى
عن ابى هريرة )
                “Sesunggunya Allah Ta’ala telah berfirman: “siapa saja yang telah memusuhi kekasihKu maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tidak mendekat diri seorang hambaKu dengan sesuatu yang lebih Aku senangi dari menjalankan kewajibannya; dan hambaKu itu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan ibadah-ibadah sunnat sehingga aku mencintainya. Maka  apabila Aku telah mencintainya Aku telah menjadi pendengarnya yang ia akan mendengar dengannya. Menjadi penglihatannya   yang ia akan melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia akan berbuat dengannya, menjadi kakinya yang ia akan berjalan dengannya, dan jika ia meminta kepadaKu niscaya Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindunganKu pasti Aku akan melindunginya’’. (HR. Bukhori dari Hurairah RA.)
                   Seorang hamba yang memiliki kesungguhan perjuangan dan upaya yang tidak kenal putus asa, niscaya ia akan memperoleh qudrat iradat Allah SWT. Yang akan eksis dalam pendengaran, penglihatan tangan dan kaki serta pembelaan pertolongan dan perlindungan.
                   Salah satu diantara anugerah yang agung itu adalah tangan Allah akan eksis dalam tangan hambanya yang shalih dan bertauhid kepadanya secara aplikasi, nyata yang trasendental. Dan dengan tangan itulah konselor dapat berupaya dan menyentuh klien, dan hasilnya adalah memberikan rasa yang nyaman dan kesembuhan atas izinnya.
c)      Sentuhan Tangan
Terhadap klien yang mengalami stress atau ketegangan dapat diberikan sedikit pijatan atau tekanan pada urat dan otot yang tegang sehingga akan dapat mengendorkan urat dan otot-otot, khususnya pada bagian kepala, leher dan pundak. Teknik ini disamping dapat meringankan secara fisik tetapi dapat juga  memberikan sugesti dan keyakinan awal, bahwa semua permasalahan yang dihadapi akan dapat terselesaikan.  
Hadits penyembuhan melalui tangan:
عن عثما ن بن ابى العا ص انه شكا إلى رسول الله ص.م وجعا يجده فى جسده منذ
 أسلم فقال له رسول الله صل الله عليه وسلم : ضع يدك على الذى تألم من جسدك بسم
 الله ثلاثا وقل سبع مرات أعوذو با الله وقدر ته من شر ما أجد وأحا ذر( رواه مسلم)
                  Dari Utsman bin Abil Ash ra. Bahwasnnya ia pernah mengadukan penderitaannya kepada Rasulullah saw, karena ia telah menemukan suatu penyakit ditubuhnya sejak ia masuk Islam. Lalu Rasulullah saw, bersabda kepadanya : letakkanlah tanganmu pada tubuhmu yang merasa sakit, lalu ucapkanlah bismillah sebanyak tiga kali dan ucapkanlah (berdo’alah)dengan kalimat aku berlindung kepada Allah dari kejahatan yang aku temui dan yang aku waspadai.( HR. Muslim)  
                   Teknik ini sering penulis lakukan pada klien yang sedang mengalami stres dan kegelisahan. Sebelum proses konseling tentang bagaimama cara mengatasi stres dan kegelisahan itu, penulis melakukan pemijatan dan sentuhan pada leher, kepala dan pundaknya. Dan itu selalu penulis lakukan sebelum aktitifitas konseling berlangsung.
                   Penggunaan teknik konseling dan terapi yang lain secara lahir adalah dengan menggunakan lisan. Makna penggunakan lisan dalam hadits dalam hadits ini memiliki makna yang konstektual, yaitu:
            1) nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar.
Sabda Rasullah SAW:
إتقو ا النا ر ولو بشق تمرة فمن لم يجد فبكلمة طيبة.( متفق عليه )  
                       “peliharalah dirimu dari api neraka walau hanya sedekah, separuh dari biji kurma, lalu siapa saja yang tidak dapat sedekah itu, maka dengan kata-kata yang baik.”(HR.Bukhori dan Muslim dari Ady bin  Hatim RA)
Dalam konseling konselor lebih banyak menggunakan lisan, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar.   Agar konselor bisa mendapatkan  jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang jujur dan terbuka dari klien, maka kalimat-kalimat yang dilontarkan konselor harus berupa kata-kata yang mudah dipahami, sopan dan tidak menyinggung atau melukai hati dan perasaan klien.
                   2) membaca do’a atau berdo’a dengan menggunakan lisan. 
Untuk memantapkan klien, maka do’a yang diucapkan oleh konselor sangat penting dan  dapat didengar oleh klien agar ia dapat turut serta mengaminkan, agar Allah berkenan mengabulkan do’a itu. Teknik ini dapat dilakukan konselor pada konseling yang bersifat kelompok dan sangat besar manfaatnya, baik bagi konselor lebih-lebih klien. Karena do’a itu optimisme akan senantiasa muncul pada jiwa klien.
3)      sesuatu yang dekat dengan lisan, yakni dengan air liur atau hembusan (tiupan).
كان إذا استكى يقر أ على نفسه با لمعو ذات وينفث فلما اشتد وجعه كنت عليه
وامسح عنه بيده رجا ء بر كتها. (رواه مسلم عن عا ئشة )
                       Apabila Rasulullah SAW. menderita sakit, beliau membaca surat Al-Falaq dan An-Nas   untuk menyembuhkan dirinya dan ia membaca sambil meniupkan. Maka tatkala sakitnya sangat keras, maka saya  yang membacanya lalu usapkan dengan tangan beliau demi mengharapkan berkahnya.’’ (HR. Muslim dari  Aisyah RA.)  
                        Teknik itupun sering penulis lakukan ketika klien merasa belum mantap selama proses konseling. Ia meminta agar penulis membaca beberapa ayat atau surat yang  memiliki potensi atau jalan agar Allah segera berkenan menyembuhkan melalui doa yang dibaca.
            Kedua : Teknik yang bersifat batin
            Yaitu yang hanya dilakukan dalam hati dengan do’a dan harapan, namun tidak ada usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rasulullah SAW. mengatakan bahwa melakukan perbaikan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemah keimanan.
            Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang keras serta bersungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan-perbuatan, baik dengan menggunakan fungsi tangan dan lisan maupun sikap-sikap yang lain.
            W.S. Winkel dalam tulisannya "Bimbingan dan Koseling di Institusi Pendidikan membagi teknik konseling kepada kedua bagian:
a) konseling yang bersifat verbal.
b) konseling yang bersifat non verbal
Subandi, mengajukan beberapa metode dan teknik terapi yang ia bagi dalam beberapa fase, yaitu: pertama, tahap takhilli, yakni bertujuan mengobati dan membersihkan diri dari segala kotoran, penyakit dan dosa yang menyebabkan berbagai kegelisahan. Teknik yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah:
1.      Teknik pengendalian diri
2. Teknik pengembangan kontrol diri melalui puasa dan teknik paradok   (kebalikan);
2.      Teknik pembersihan diri melaui teknik dzikrullah, teknik puasa dan teknik membaca Al-quran:
Kedua, tahap tahalli, yaitu tahap pengembangan untuk menumbuhkan sifat-sifat yang baik, terpuji dan berbagai sifat yang harus diisikan pada klien yang telah dibersihkan pada tahap takhilli.
Teknik yang dapat diterapkan pada tahap ini adalah:1) teknik teladan rasul; 2) teknik internalisasi asmaul husna; 3) teknik pengembangan hablum minannas (hubungan sesama manusia).
Ketiga, tahap tajalli, yaitu tahap peningkatan hubungan dengan Allah sehingga ibadah bukan hanya bersifat ritual, tetapi dalam tahap ini harus berbobot spiritual. Lebih dari itu tahap ini adalah bagaimana memunculkan sifat-sifat ilahiyah dalam batas-batas kemanusiaan.

Demikianlah psikoterapi berwawasan Islam yang memperlihatkan bagaimana orientasi dan bobot dari psikoterapi yang hanya sekedar bersifat psikologis humanistik, bergeser ke arah psikologi-teo-humanistik  sehingga bobot dan nilainya berbeda, (Isep Zainal Arifin, 2009:54-55).

BAB III
                           PENUTUP ( KESIMPULAN)

A.    Metode Bimbingan Konseling
1)      Observasi
2)      Questionnaire
3)       Interview
4)      Sosiometri
5)      Tes
6)       Case Study
Selain itu ada juga metode yang digunakan dalam menangani klien antara lain metodenya sebagai  berikut:
a)      Metode Interview
b)     Group Guidance
c)      Client Centered Method
d)     Directive Counseling
Willimson membagi kegiatan teknik langsung (Directive Approach) menjadi enam langkah yaitu:
1)      Analisis
2)      Sintesis
3)      Diagnosis
4)      Prognosis
5)      Konseling
6)      Follow up
e)      Eductive Method (metode pencerahan)
f)       Psychoanalysis Method

B.     Tehnik-Tehnik Bimbingan Konseling Islam
1. Tehnilk yang bersifat lahir
2. Teknik yang bersifat batin








DAFTAR PUSTAKA



Adz-Dzaky, Hamdani Bakran . 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam. Yogyakarta:PT. Fajar
Pustaka Baru.

Siradj, Sjahudi. 2010. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Sidoarjo: PT. Duta Aksara.

Amin, Samsul Munir. 2012. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Salahudin Anas. 2010. Bimbingan dan  Konseling. Bandung: CV. Pusatka Setia.
Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluahan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.




Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki